Dalam
sebuah buku yang berjudul “Buat Apa Shalat!?” karya Haidar Bagir, menukil sebuah penjelasan nabi saw selaku founder father umat Islam tentang
sholat. Tak melakukan shalat orang-orang
yang shalatnya tak menghindarkannya dari kekejian dan kemungkaran .
penjelasan diatas sangatlah sederhana, bagaimana diterimanya sholat
seseorang tercerminkan dari
perbuatannya. Hal ini menuntut setiap
muslim untuk melakukan sholat yang sebenarnya, hingga akan berdampak baik pada
perilaku mereka.
Sholat
yang dilaksanakan segenap umat Islam bukan hanya sekedar melakukan ritual
seperti berdiri, rukuk dan sujud saja. Lebih dari pada itu yaitu dengan
kehadiran hati atau juga disebut
kekhusukan. Hal ini sangat penting mengingat sholat merupakan mediasi hubungan seorang hamba pada tuhan yang menciptakannya.
kehadiran
hati dalam shalat akan terasa bila melakukan seluruh gerakan shalat dengan thuma’ninah. Thuma’ninah atau ketenangan dalam shalat sangat ditekankan hingga
menjadi sebuah rukun. Nabi sendiri menekankan akan ketenangan dalam shalat,
dalam salah satu perkataannya beliau menuturkan: tak akan diterima shalat seseorang yang dilakukan bagai seekor burung
yang mematuk-matuk makanannya.
Dengan
kehadiran hati dan tenang dalam melakukan shalat maka hubungan seorang hamba
pada tuhan akan benar-benar terjadi, inilah juga yang disebut nabi saw bahwa
shalat itu mi’rajnya orang mukmin.
Hati seorang mukmin akan naik ber-mi;raj
keharibaan tuhan sehingga hatinya akan terisi oleh sifat-sifat tuhan yang akan
terealisasi dalam perbuatannya.
Bahkan
secara syari’at, pakaian yang digunakan saat shalat haruslah suci dan diperoleh
dengan cara yang halal. Tidaklah sah seorang melakukan shalat dengan pakaian
hasil curian, bahkan Allamah Thaba’thaba’I –seorang filosof, sufi dan ahli
tafsir- mengungkapkan “ jika ada seutas benang pun dalam pakaian itu yang
diperoleh secara haram shalatnya pun tidak sah”. Hal ini menutut setiap muslim
untuk mencari uang dengan cara yang halal, sebab jika tidak maka percuma shalat
yang ia lakukan selama ini.
Mengenai
kesempurnaan shalat Rasulullah mengajarkan “Shalat
tidak sempurnah melainkan dengan zakat” inilah kiranya ketetapan tuhan agar kita tidak
menjadi manusia serakah dan egois. Dalam hampir disetiap perintah shalat selalu
terdapat perintah untuk menunaikan zakat, bahkan perintah akan kedua perkara
tersebut telah berlaku bagi umat-umat terdahulu sebelum Islam.
Dalam
surat Al-Ma’un disebutkan tentang orang-orang yang melaksanakan shalat akan
tetapi mereka dikutuk; disebabkan mereka tidak memperhatikan kondisi sosial
sekitar mereka, dimana mereka membentak dan berlaku kasar terhadap anak-anak
yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Demikian besar
Islam menekankan agar manusia selalu perhatian terhadap kondisi sosial
masyarakat dan berbuat baik pada sesama dengan hati yang ikhlas. Dan semuanya
akan terealisasi dengan baik melalui shalat yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar